Iklan

Iklan

Okara
September 04, 2024, 22:11 WIB
Last Updated 2024-09-04T15:11:39Z
NasionalNews

Harga Tinggi dan Kualitas Rendah: Tantangan Bulog dalam Penyerapan Beras Lokal

Read To
Advertisement
Harga Tinggi dan Kualitas Rendah: Tantangan Bulog dalam Penyerapan Beras Lokal


Okara.biz.id - Perum Bulog menghadapi dua kendala utama dalam upaya menyerap beras lokal, yakni harga pasar yang tinggi dan kualitas beras yang kurang memadai.

Dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu lalu, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan bahwa kemampuan Bulog untuk membeli beras dibatasi oleh Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Saat ini, HPP ditetapkan pada Rp11.000 per kilogram untuk beras dengan tingkat pecah maksimal 20 persen. Namun, harga di tingkat penggilingan sudah mencapai Rp12.100 per kilogram, membuat Bulog sulit untuk melakukan pembelian.

Bayu juga menyoroti bahwa pembelian besar-besaran oleh Bulog berpotensi meningkatkan inflasi, mengingat beras adalah salah satu komoditas dengan kontribusi inflasi terbesar. Selain itu, kualitas beras yang ditawarkan petani sering kali tidak memenuhi standar, terutama terkait kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi dianggap merusak kualitas beras, dan sesuai instruksi Komisi IV DPR RI, Bulog dilarang menyalurkan beras berkualitas rendah.

Standar kualitas beras yang diakui Bulog mencakup kadar air maksimum 14 persen, tingkat butir patah maksimum 20 persen, dan butir menir maksimum 2 persen. Kadar air menjadi faktor krusial dalam menjaga mutu beras, memengaruhi penampilan, tekstur, cita rasa, serta proses pembusukan.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, melaporkan bahwa hingga 2 September, realisasi pengadaan beras telah mencapai 3,56 juta ton, dengan 1,01 juta ton berasal dari dalam negeri dan 2,54 juta ton dari luar negeri. Bayu memperkirakan Bulog masih bisa menyerap tambahan 200.000 ton beras lokal hingga akhir tahun ini.


(*)